Apa kabar ?
Apa kabar?
Sebuah kalimat yang berisi dua kata itu sudah di ketik di layar ponselnya, yang kemudian hampir di kirim pada sebuah nomor yang sudah lama ada di folder kotak masuk, namun sudah lama pula tdk ada pesan baru di dalamnya..
Tapi kalimat berisi dua kata itu justru malah di hapus lagi, ia malah mengunci layar ponselnya lalu meletakkannya di atas meja yg berada di pojok kamarnya. Perlahan perempuan itu meneteskan air mata di pipinya. 'sangat membanjiri pipinya!'; pelan namun deras. Sambil menatap dinding kamar, dalam hatinya berkata "aku hanya ingin mengetahui keberadaanmu saja tuan.. Aku ingin tahu kabarmu, mengapa sulit sekali rasanya". Meski Ini bukan yang pertama kali ia ucapkan. Perempuan itu sejenak berhenti menangis dan berkata "mengapa harus aku yang menanyakan kabarnya, mengapa bukan dia saja yang menanyakan kabarku terlebih dulu? Ah tidak ada gunanya. Mungkin dia memang sudah lupa, atau sama sekali tdk peduli" pikirnya. Perempuan itu sering kali berfikir, apa yang sedang terjadi pada dirinya atau mungkin pada hatinya. Tidak ada yang tahu. Tapi mungkin sesosok pria yang ia sebut 'tuan' itu mengerti dan memahami..
Apa kabar ?
Kalimat berisi dua kata itu diketik kembali oleh permpuan yang ingin menanyakan kabarmu. Tapi secara perlahan hurufnya di hilangkan lagi dengan tombol backspace. Lalu ia terdiam, ia sadar hatinya sangatlah lemah.. Lagi-lagi perempuan itu berkata "tidak, aku tidak akan menanyakan kabarnya, karna ini belum saatnya". Ia berusaha untuk tegar, namun tetap saja ia menyadari bahwa ia sangat lemah. Sampai kapan ia akan memendam ini? Menahan rasa untuk sekedar menanyakan kabar tentangmu, sedangkan ia tidak pernah tahu apa yang engkau rasakan dan yang engkau fikirkan tentang perempuan itu. Bukan, bukan kalian yang tidak lagi bertemu, tapi waktu yang sedang menunda pertemuan kalian.. Hey tuan, apa yang kau lakukan padanya, atau apa yang kau katakan sebelumnya? Mengapa kau menghilang begitu saja; tanpa pamit. Apakah dirimu sedang mempersiapkan sesuatu? Atau mungkin.... Ah Mana ku tahu tuan. Dan sekarang apa yang terjadi pada dirinya? Perempuan itu mencoba tersenyum dengan tetes air mata di pipinya. Sungguh, ia benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam hati seseorang yang di panggilnya tuan. Dan lagi aku tidak tahu apa yang ada di dalam hati perempuan itu. Aku hanya lembaran-lembaran kertas putih yang sudah berisikan tinta hitam yang kemudian tersusun menjadi beberapa halaman. Saat ini, hanya aku dengan tintaku yang menjadi teman setianya untuk melawan sepi dan rindu..
[Mungkin ini memang tentang kesepakatan waktu..]
Dan kinii.. Perempuan itu merasa lebih tegar. Ia sadar meski tanpa ada kabar, dia percaya bahwa takdir Allah tidak akan pernah tertukar .. -apa kabar?-
#penabicara
Komentar
Posting Komentar